Rabu, 09 Mei 2012

SOEKARNO BERSAMA HAJI AGUS SALIM


Nampak Bung Karno bersama haji Agus Salim sedang menikmati keindahan alam sewaktu dalam pengasingan di Berastagi tahun 1949

Selasa, 08 Mei 2012

ANAK-ANAK SOEKARNO -- GURUH SOEKARNOPUTRA, RACHMAWATI SOEKARNOPUTRI, SUKMAWATI SOEKARNOPUTRI


Putra Putri Bung Karno yang sedang asik bersepeda bersama, nampak ada Guruh Soekarnoputra, Sukmawati Soekarnoputri, dan Rachmawati Soekarnoputri

Senin, 07 Mei 2012

BUNG KARNO BERSIMPUH SUJUD DIHADAPAN IBUNDANYA IDAYU NYOMAN RAI


Berikut ini adalah foto kuno Ir. Soekerno yang sedang bersimpuh sujud  dihadapan ibundanya Idayu Nyoman Rai, saat beliau berada di Blintar, Jawa Timur, Indonesia.

Minggu, 06 Mei 2012

BUNG KARNO JUAL SABUN DAN TELUR

Setelah Bung Karno  meneruskan sekolahnya ke Bandung dia makin populer. Yang dimaksudkan, Bung Karno bukan cuma populer di kalangan pejuang-pejuang kebangsaan, tapi juga dikalangan Belanda. Polisi Belanda kian rajin mengikuti gerak-gerik Bung Bung Karno . Boleh dikatakan siang maupun malam Bung Karno diawasi terus menerus. Karena itu tidaklah mengherankan bila Bung Karno menjadi kian sering berurusan dengan polisi penjajah itu. Makin sering dipanggil ke kantor polisi, makin sering dimintai pertanggungjawaban seputar gerak-gerik kegiatannya dan makin sering masuk penjara.
            Dalam kisah perjalanan hidupnya, masa muda Bung Karno kemudian dia bercerai dari Utari dan kawin dengan Inggit. Meskipun dalam kehidupan rumah tangganya tampak lebih bahagia dan senang, tapi kehidupan ekonomi boleh dikatakan kian melarat. Tidak jarang saat itu Bung Karno dan Inggit hanya mampu menyediakan the tawar tanpa kue kepada tetamunya.
Salah satu penyebab kemiskinan Bung Karno ialah dia tidak pernah mencurahkan waktu dan perhatiannya secara penuh untuk bekerja. Waktu dan perhatiannya lebih banyak dicurahkan untuk perjuangan. Sebenarnya dengan menulis artikel-artikel di Koran-koran atau majalah waktu itu, Bung Karno bisa mendapatkan banyak penghasilan, karena tulisannya selalu menarik perhatian orang. Tapi hal itu tidak dikerjakan olehnya. Bukannya sudah tidak senang dengan pekerjaan tulis-menulis itu, tapi karena tulisannya dilarang disiarkan oleh pemerintah Belanda. Meskipun sudah diusahakan menggunakan banyak nama samaran, tapi pada akhirnya pemerintah Belanda tahu juga. Itulah sebabnya Bung Karno tidak bisa bebas menulis. Padahal dengan menulis, selain bisa mendapatkan uang, Bung Karno juga bisamenyampaikan buah pikirannya kepada masyarakat dan pengikut-pengikutnya.
Pernah juga Bung Karno membuka biro arsitek bersama Ir. Anwari, tapi usaha itu tidak banyak membantu bun Bung Karno . Sebab Bung Karno yang senantiasa lebih banyak memusatkan perhatiannya pada perjuangan bangsanya itu, kadangkala “menyeret” Ir. Anwari kedalam kegiatannya. Akibatnya kedua pelaksana dan pemimpin biro arsitek itu tidak sempat memikirkan bironya. Itulah sebabnya kemudian Bung Karno meninggalkan biro arsitek tersebut dan kembali hidup tanpa kerja tetap.
Saat itu bila Bung Karno  ditangkap, Ibu Wardoyo lalu dipanggil untuk menemani Inggit. Dia dan Inggit seringkali mencari nafkah bersama. Lebih-lebih bila Bung Karno sedang berada dalam penjara. Salah satu usaha yang dilakukannya untuk mencari uang adalah berjualan sabun dan telur. Lama juga dia berjualan telur dan sabun itu untuk membiayai rumahtangga Bung Karno dan Inggit. Dikatakan oleh Ibu Wardoyo, bila Bung Karno sedang berada dalam penjara, dia dan Inggit lah yang paling rajin menjenguk, karena ayah dan ibu berada jauh di Blintar, sedangkan teman-teman Bung Karno yang lain seringkali tidak diizinkan menjenguk Bung Bung Karno .
Setiap kali Ibu Wardoyo dan Inggit pulang dari menjenguk Bung Karno di bui, teman-teman seperjuangannya sudah menunggu di rumah. Mereka ingin mengetaahui kabar tentang Bung Karno dan ingin mendapatkan pesan-pesan Bung Karno untuk mereka itu.
Sebenarnya banyak petugas penjara yang memihak Bung Bung Karno . Lebih-lebih di kalangan pegawai rendangan dan yang berjiwa nasionalis. Dari mereka inilah kemudian Bung Karno mendapatkan kesempatan untuk berkomunikasi dengan dunia luar. Meskipun sel tempat Bung Karno disekap di Banceuy berukuran satu kali satu setengah meter dan tidak berjendela, tapi kemudian dia bisa melakukan “kontak” dengan teman-teman di luar melalui pegawai penjara yang bersimpati kepadanya. Sariko, adalah penjaga yang pertama kalimenunjukan sikap dan memperlihatkan simpatinya kepada Bung Bung Karno . Dialah yang kemudian banyak memberikan buku, dan surat kabar pada Bung Bung Karno . Padahal buku dan lebih-lebih surat kabar, tidak boleh sampai ketangan Bung Bung Karno . Macam-macam surat kabar itu diselundupkan kedalam. Ada yang dengan cara dibungkus di dalam handuk dan diberikan di kamar mandi, ada pula yang disisipkan dibawah baki ketika Bung Karno diberikan makanan.
Namun tidak semua pegawai penjara menyukai Bung Bung Karno . Bahkan banyak orang kita yang justru lebih kejam dan lebih ganas dari pada Belanda-nya sendiiri. Sebaliknya, ada orang Belanda di penjara Banceauy yang menjadi sahabat Bung Bung Karno . Namanya Bos dan seringkali diajak begurau, meskipun dia tidak pernah memberikan bantuan seperti yang diberikan oleh petugas-petugas penjara, seperti Sariko.

Jumat, 04 Mei 2012

PESAN SOEKARNO SEBELUM DIBUANG KE FLORES


Selama di tawan di Sukamiskin, Bung Karno boleh dibilang banyak mengalami penderitaan. Demikian pula ketika diputuskan oleh pemerintah penjajah ia harus dibuang, teman-teman seperjuangannnya sudah mengetahui bahkan Bung Karno akan diasingkan. Tapi tidak seorangpun yang tahu kemana dia akan dibuang. Karena itu teman-temannya berpesan kepasa Ibu Wardoyo agar bila sudah dapat kepastian kapan dan dimana Bung Karno akan dibuang, agar segera memberitahukan kepada mereka.
Namun kabar itu baru bisa diketahui Ibu Wardoyo beberapa saat menjelang Bung Karno akan diberangkatkan. Karena itu Ibu Wardoyo jadi pontang-panting berusaha mengabarkan perihal Bung Karno itu kepada teman-teman seperjuangannya. Ir. Anwari membantu Ibu Wardoyo menghubungi teman-teman Bung Karno lewat telepon. Terutama kabar tersebut disampaikan kepada Mr. Soejoedi yang sudah pesan wanti-wanti.
Ketika akan dibawa, dua jam Bung Karno dikuncikan di dalam WC stasiun kereta api Bandung yang kotor. Pemerintah Belanda memberitahukan bahwa Bung Karno jam 06.00 pagi baru akan dibawa ke stasiun. Tapi sejak jam 04.00 Bung Karno sudah berada di stasiun. Agar orang-orang tidak tahu, maka Bung Karno disekap di WC stasiun, yang kemudian stasiun ditutup untuk umum. Ibu Wardoyo dimasukan lebih dulu ke salam kereta api sehingga tidak tahu persis dimana di gerbong mana adiknya itu berada. Setelah beberapa saat kereta api berangkat, seorang pelayan yang ditugaskan mengantarkan makanan dan minuman, membisikan kepada Ibu Wardoyo di gerbong mana Bung Karno “disimpan”. Setelah mengetahui kabar tersebut, barulah hati Ibu Wardoyo agak lega.
Namun Bung Karno diperlakukan seperti orang yang menderita penyakit menular. Bahkanbukan Cuma Bung Karno, tapi seluruh isi kereta tersebut diperlakukan demikian. Tiap pintu dan jendela gerbong ditutup rapat hingga tidak tampak dari luar. Setiap kali kereta api masuk suatu stasiun, stasiun itu pun sudah ditutup untuk umum. Tidak ada seorang manusia pun di stasiun kecuali petugas-petugas perkereta-apian. Pokoknya kerata api yang membawa Bung Karno itu seperti membawa wabah, seorang pun tidak dibenarkan mendekati, apalagi melihat kedalam.
Tiba di stasiun Surabaya, Bung Karno cepat-cepat dibawa kedalam kapal dengan dijaga ketat. Tidak diizinkan dia menampakan diri dimuka umum. Orang-orang yang sejak lama menunggunyapun termasuk teman-teman dekatnya tidak ada yang berani mendekat. Mereka Cuma melihat Bung Karno dari jarak kejauhan. Itu pun dengan perasaan yang was-was. Karena berdekatan dengan Bung Karno saat itu amat berbahaya. Satu-satunya orang yang diizinkan oleh Belanda menaiki kapal yang akan mengangkut Bung Karno ke pembuangannya di Endeh, Flores, hanya Ibu Wardoyo.
Ketika kakak beradik itu berangkulan di atas kapal, Bung Karno memberikan pesan khusus kepada Ibu Wardoyo: “ setelah saya dibuang kelak, mbakyu tidak usah terlalu aktif lagi berjuang. Ini pesan saya. Tugas mbakyu adalah menjaga ibu dan bapak, karena ibu dan bapak tidak memiliki anak lagi selain kita berdua. Bila saya tidak ada dan mbakyu aktif berjuang hingga jauh dari ibu dan bapak, pasti kedua beliau akan susah. Ingat kita tidak boleh lebih menyusahkan ibu lagi. Cukup saya saja yang menjadi korban perjuangan. Satu hal lagi yang harus mbakyu ingat baik-baik, kira-kira sepuluh tahun lagi peperangan besar akan berkobar di pacific dan saat itulah kita akan merdeka. Mbakyu dan kawan-kawan harus bersiap-siap menyongsong kemerdekaan tersebut. Harus menyiapkan diri sejak sekarang”. Demikian pesan Bung Karno kepada kakaknya Sukarmini, alias Ibu Wardoyo, yang hingga sekarang masih diingatnya benar.
Katika raungan pertama peluit kapal, Ibu Wardoyo segera disuruh turun oleh Belanda. Tapi Bung Karno masih tetap tidak boleh menampakan diri, sementara diluar, di pelabuhan, banyak orang yang ingin melihat wajah Bung Karno. Peluit kedua berbunyi, tapi Bung Karno tetap belum diizinkan menampakan diri. Setelah peluit ketiga berbunyi dan kapal mulai bergerak, barulah Bung Karno diizinkan berdiri dibibir dek untuk memperlihatkan wajahnya kepada orang-orang yang sudah sejak subuh menunggunya di sepanjang pelabuhan. Melihat begitu banyak orang yang berbaris dipelabuhan ingin melihatnya, Bung Karno jadi amat terharu. Sambil menahan desakan air mata yang memberat di kedua kelopak matanya, Bung Karno melambaikan tangan kepada kemerdekaannya yang terampas. Melambaikan tangan kepada teman-teman seperjuangannya. Terus dan terus dia melambaikan tangan hingga akhirnya dia disuruh masuk kedalam oleh polisi Belanda, sementara kapalpun akhirnya hilang dari pandangan mereka yang tegak di sepanjang pelabuhan Surabaya.